Jelaskan tentang hukum hammurabi biography
Peradaban Mesopotamia
Mesopotamia (dari bahasa Yunani Kuno: Μεσοποταμία: tanah di antara sungai-sungai; bahasa Arab: بلاد الرافدين (bilād al-rāfidayn); bahasa Suryani: ܒܝܬ ܢܗܪܝܢ (Beth Nahrain): "tanah dari sungai-sungai" terletak di antara dua sungai besar, Efrat dan Tigris. Daerah yang kini menjadi Republik Irak itu pada zaman dahulu disebut Mesopotamia, yang dalam bahasa Yunani berarti "(daerah) di antara sungai-sungai". Dengan bidang tanah yang panjang dan sempit berbentuk seperti bulan sabit dan tanahnya yang subur, daerah ini juga disebut "Bulan Sabit Subur". Nama Mesopotamia sudah digunakan oleh para penulis Yunani dan Latin kuno, seperti apa Polybius (abad 2 SM) dan Strabo (60 SM-20 SM) atau 6000 SM-2000 SM. Tanah subur ini telah menumbuhkan banyak peradaban kuno yang megah dan secara kolektif dikenal sebagai sebagai peradaban Mesopotamia. Inilah peradaban paling awal di Asia Barat dan salah satu yang tertua di dunia.
Kepercayaan di Mesopotamia bermula dari kepercayaan yang dibawa oleh Bangsa Sumeria yang memuja banyak dewa. Dewa Anu (Dewa Langit), Dewa Enlil (Dewa Bumi) dan Dewa Ea (Dewa Air) merupakan dewa utama yang dipuja oleh bangsa Sumeria. Untuk memuja dewa-dewa, bangsa Sumeria membangun kuil yang dikenal dengan nama ziggurat yang bearti bangunan tinggi seperti gunung. Ziggurat dibuat lebih tinggi dari rumah penduduk. Kuil ini memiliki menara bertingkat-tingkat yang dilengkapi dengan tangga.
Geografi
[sunting | sunting sumber]Artikel utama: Geografi Mesopotamia
Mesopotamia meliputi wilayah antara Sungai Efrat dan Tigris yang sama-sama bersumber dari Dataran Tinggi Armenia. Kedua sungai ini juga mendapatkan tambahan pasokan air dari banyak anak sungai, dan keseluruhan jaringan sungai ini mengaliri wilayah bergunung-gunung yang sangat luas. Jalur perjalanan darat di Mesopotamia lazimnya menyusuri Sungai Efrat karena tepian Sungai Tigris sebagian besar terjal dan sukar dilalui. Iklim wilayah ini semi-ger Masa lalu selalu datang dalam bentuk mosaik—potongan imej dari berbagai material dan ide—tesserae. Menggoda—dan kadang menjerat serta mengurung kita dengan bayangan dan imajinasi realitas yang selalu tidak lengkap—membentangkan jurang antara masa lalu dan ingatan kita. Namun begitu, dari tesserae tersebutlah kita membangun sebuah bangun bayangan yang kaya dengan makna. Kisah Menara Babel Babylonia (Tower of Babel) dan kotanya sendiri selama dua ribu tahun terakhir merupakan salah satu mitos yang mengisi kehidupan manusia—dengan berbagai imajinasi, cerita dan stereotipe tentangnya. Sebelum penemuan kembali reruntuhan menara babel dan Cuneiform dapat terbaca kembali, sumber mengenai peradaban Mesopotamia hanya datang dari imajinasi dan stereotip bangsa lain. Kepentingan politik dan religius membuat (reruntuhan) kawasan ini dan arti menara babel selalu diidentikkan dengan nilai dan kebiasaan buruk manusia masa lampau. Menara yang tingginya sebenarnya hanya sekitar 91 meter (sebagian narasi yang muncul menyebut variasi ketinggian metaforik) ini sering menjadi simbol dan inspirasi imajiner hiburan bangsa lain; yang menginginkan protototipe penuh kemewahan, ketidaksopanan, kebejatan seksual, kekejaman, kebodohan, yang digabung dengan atmosfer sihir dan paganisme. Herodotus (449-448 BCE) yang sering dipandang sebagai bapak sejarah peradaban barat[1], merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam menyebarkan stereotype antithesis antara barat dan timur—tak heran jika banyak orang menyebut Dia sekaligus sebagai bapak orientalisme. Herodotus ketika itu melihat negara-kota Yunani Kuno sebagai negara yang secara kuantitas material dan sumber daya manusia kalah apabila dibandingkan dengan kekuatan besar dari timur, Persia. Sebagai penyeimbang, Ia melihat bahwa kualitas kemanusiaan dan bukan kuantitas sebagai faktor yang lebih menentukan kemenangan dalam peperangan melawan Xerxes[2] dari Persia. Gambaran Herodotus atas Pe Undang-undang Hammurabi adalah prasastihukumkuno Babilonia yang disusun oleh raja Hammurabi. Prasasti ini berukuran 2,25 meter dengan tulisan terukir dalam bahasa Akkadia berisi 282 peraturan mengenai berbagai ketentuan; semisal undang-undang perdagangan, perbudakan, penuduhan, ganti rugi kerusakan, pencurian dan hubungan keluarga. Pada tahun 1901, seorang arkeolog asal Swiss, Gustave Jéquier, berhasil menemukan undang-undang ini di situs prasejarah Susa, Khuzestan, Iran. Para peneliti percaya bahwa undang-undang ini termasuk salah satu prasasti hukum tertua di dunia. Terdapat beberapa salinan hukum pada batu-batu ukiran yang berukuran lebih kecil. Saat ini, Undang-undang Hammurabi menjadi salah satu koleksi Museum Louvre di Paris. Salah satu peraturan terkenal dari prasasti ini adalah hukum balas-setimpal yang mirip dengan Hukum di Kitab Taurat: Terdapat berbagai peraturan lain yang salah satunya membahas hukum orang merdeka terhadap budak. .Menara Babel Menurut Tradisi Yunani Kuno
Undang-undang Hammurabi
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]